Gunakan Data yang Sama dengan BPS, Ini Penjelasan Bank Dunia soal Kemiskinan Indonesia
Bank Dunia menegaskan bahwa mereka menggunakan data yang sama dengan pemerintah Indonesia, yakni Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS), untuk mengukur tingkat kemiskinan di Indonesia. Penegasan ini disampaikan menyusul pengumuman garis kemiskinan global terbaru yang menunjukkan angka kemiskinan Indonesia lebih tinggi jika menggunakan standar internasional.
Meski data sumber yang digunakan sama, yakni SUSENAS, Bank Dunia menekankan bahwa metode pengukuran kemiskinan yang digunakan berbeda dengan yang digunakan oleh Badan Pusat Statistik (BPS).
Bank Dunia menerapkan penyesuaian terhadap tiga jenis perbedaan harga: perbedaan harga dari waktu ke waktu (menggunakan Indeks Harga Konsumen), perbedaan harga antarwilayah (menggunakan pengukuran biaya hidup lokal), dan perbedaan harga antarnegara (menggunakan paritas daya beli/PPP).
Baca Juga: Data Kemiskinan antara BPS dan World Bank kok Beda, DPR: Penerimaan Negara Terendah se-ASEAN
Sebaliknya, definisi nasional kemiskinan yang digunakan BPS tidak menggunakan Indeks Harga Konsumen untuk menyesuaikan perbedaan harga dari waktu ke waktu. BPS mengukur garis kemiskinan secara terpisah untuk setiap wilayah pedesaan dan perkotaan di tiap provinsi tanpa penyesuaian daya beli antarnegara.
Bank Dunia juga menjelaskan bahwa perbedaan hasil pengukuran, seperti meningkatnya angka kemiskinan Indonesia dari 15,6 persen menjadi 19,9 persen pada garis kemiskinan negara berpendapatan menengah bawah (LMIC), serta dari 60,3 persen menjadi 68,3 persen pada garis kemiskinan negara berpendapatan menengah atas (UMIC), disebabkan oleh meningkatnya ambang batas global untuk dikategorikan sebagai bukan penduduk miskin.
Baca Juga: Kepala BPS: Angka Kemiskinan Versi Bank Dunia Harus Dimaknai Secara Bijak
“Ambang batas kemiskinan ekstrem kini ditetapkan sebesar 3 dolar AS per hari atau setara Rp546.400 per bulan setelah disesuaikan dengan biaya hidup di Indonesia. Sementara itu, garis kemiskinan untuk kelompok negara LMIC berada di angka 4,20 dolar AS per hari (Rp765.000/bulan) dan UMIC sebesar 8,30 dolar AS per hari (Rp1.512.000/bulan),” tulis Bank Dunia, mengutip laman resminya, Jakarta, Senin (16/6/2025).
Bank Dunia menegaskan bahwa perbedaan garis kemiskinan ini tidak berarti angka kemiskinan Indonesia meningkat secara faktual, melainkan mencerminkan ambang batas hidup layak yang lebih tinggi sesuai dengan standar internasional terkini.
(责任编辑:百科)
- ·Perdagangan Saham Panca Anugrah (MGLV) Disetop Sementara oleh BEI untuk Cooling Down
- ·Penangguhan Penahanan Siskaeee Ditolak, Pengacara: Tetap Lakukan Upaya Hukum
- ·Pramugari Ungkap Waktu yang Tepat bagi Penumpang ke Toilet Pesawat
- ·Makin Akrab, Ini Momen Jokowi dan Prabowo Makan Bakso hingga Minum Es Kelapa di Pinggir Jalan
- ·CHIP Kantongi Restu Pemegang Saham Untuk Tebar Dividen Rp2,01 per Saham
- ·Polri Tangkap 54 Tersangka Narkoba Jaringan Fredy Pratama
- ·Keras! Tanyakan Sepeda, Anies Baswedan Jadi 'Bulan
- ·Rencana Mahfud MD Mundur dari Menteri Didukung Sudirman Said
- ·OJK Dukung Keterlibatan Bank Swasta Dalam Pembiayaan Program 3 Juta Rumah Presiden Prabowo
- ·Wapres Gibran Ajak Masyarakat Hayati dan Terapkan Nilai Pancasila dalam Kehidupan Sehari
- ·MenPan RB Pastikan 60 Ribu Formasi CPNS yang Dibuka Agustus Bakal Ditempatkan di IKN
- ·Masyarakat Sebut MBG Bisa Buka Lapangan Kerja Baru di Indonesia
- ·Polri Tangkap 54 Tersangka Narkoba Jaringan Fredy Pratama
- ·VIDEO: Keindahan Bunga Sakura yang Mekar Lebih Awal di Tokyo
- ·Erick Thohir Bertemu Menteri PU, 7 BUMN Karya Dipangkas Jadi 3
- ·Anies Silakan Semua Orang Boleh Datang Kampanye Akbar di JIS: Tapi Harus Tertib
- ·Polri Tangkap 54 Tersangka Narkoba Jaringan Fredy Pratama
- ·TKN Ingatkan Pendukung Prabowo
- ·Platform World Tetap Disanksi, Komdigi Minta Hapus Data Iris Warga RI
- ·FDA Temukan Kandungan Kimia Berisiko, La Roche